Konflik dalam Komunikasi

     Hari menjelang tengah malam dan sebentar lagi akan berganti hari. Akan tetapi, hal itu tak menyurutkan niatku untuk sekedar meluangkan waktu dalam menuliskan satu bagian dalam cerita hidup kita. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, kita selalu menghadapi yang namanya masalah. Masalah-masalah yang muncul terkadang juga dapat menimbulkan konflik yang akan berujung pada ketidaknyamanan, keretakan, atau perpisahan dalam sebuah hubungan, baik dalam pertemanan, percintaan, dan bahkan dalam keluarga. Permasalahan mendasar yang dapat menyebabkan terjadinya konflik itu adalah tidak adanya komunikasi yang terjalin dengan baik. Nah, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai komunikasi dan kaitannya dengan konflik, mari kita bedah satu per satu.


     Pertama, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan komunikasi. Memang sih, bagi sebagian besar orang akan berpendapat bahwa komunikasi itu ya komunikasi atau hubungan antar orang melalui verbal. Jika ditanya, mereka akan menjawab dengan cepat bahwa "komunikasi itu ya ngomong, masak gak tahu sih?" Namun ternyata, komunikasi telah memiliki definisi tersendiri yang diungkapkan oleh para ahli. Jika dirangkum, maka pengertian komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik secara lisan (langsung) maupun tidak langsung (melalui media). Jadi, dalam melakukan komunikasi, ada lima unsur yang akan terpenuhi, yaitu siapa yang berkomunikasi, pesannya apa, melalui cara apa, kepada siapa, dan bagaimana dampaknya.

     Kemudian, kita lanjut ke tahap berikutnya. Pertanyaannya adalah mengapa komunikasi dapat menyebabkan terjadinya konflik? Kalau merujuk pada pengertian dan unsur-unsur komunikasi, maka seharusnya dapat menjawab pertanyaan tersebut. Namun, saya akan mencoba untuk mengaplikasikan pengertian dan unsur-unsur tersebut dalam kehidupan sehari-hari agar lebih mudah kita mengerti dan pahami. Dalam melakukan komunikasi, kita telah tahu siapa yang menjadi pengirim pesan dan penerima pesan. Misalnya saya sebagai pengirim pesan dan teman saya adalah penerima pesannya. Kemudian, apa pesan yang kita sampaikan selaku pengirim pesan kepada penerima pesan? Melalui media apa? Secara langsung atau melalui perantara seperti telepon, sms, bbm, email, dll? Lalu, bagaimana dampaknya terhadap penerima pesan? Apakah sesuai dengan yang kita harapkan? Hal-hal tersebut merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan komunikasi. Penerima pesan dapat mengartikan pesan yang kita kirim dengan pemahaman dirinya sendiri, sehingga masing-masing orang dapat memiliki interpretasi yang berbeda terhadap suatu pesan. Kemudian, media yang digunakan juga dapat mempengaruhi pesan yang disampaikan. Misalnya, jika kita berbicara langsung dengan penerima pesan, maka si penerima pesan akan dapat melihat juga ekspresi, gerak tubuh, atau emosi yang kita perlihatkan sehingga penerima pesan akan lebih mudah menangkap pesan yang kita maksudkan. Hal tersebut dapat memiliki dampak yang berbeda jika kita melakukan komunikasi melalui perantara, sehingga si penerima pesan tidak dapat melihat ekspresi, gerak tubuh, atau emosi kita walaupun terdapat emoticon atau autotext yang dapat membantu mewakili ekspresi yang kita inginkan.

     Tahap yang berikutnya adalah memasukkan pengertian dan unsur-unsur komunikasi tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari kita. Ketika kita akan melakukan komunikasi, sudahkah kita memperkirakan dampak yang akan kita hasilkan dari komunikasi yang kita lakukan? Jangan menjadi sewenang-wenang dalam melakukan komunikasi, karena kita tidak pernah tahu sebenarnya seperti apa keadaan penerima pesan kita. Jangan-jangan mereka tidak menangkap pesan yang kita sampaikan sehingga menimbulkan masalah dan menyebabkan konflik? Ternyata memang benar. Si penerima pesan tidak daat menangkap pesan yang kita sampaikan dikarenakan beberapa faktor, di antaranya adalah perbedaan pengetahuan, jenis saluran yang dimiliki, keadaan pikiran dan jiwa. Perbedaan pengetahuan bisa terjadi karena kita dan penerima pesan tidak memiliki pengetahuan yang sama terhadap suatu pesan, sehingga komunikasi yang kita lakukan bisa tidak nyambung. Jenis saluran yang dimiliki juga mempengaruhi komunikasi kita dengan penerima pesan. Jika kita tidak menyampaikan pesan secara langsung di hadapan si penerima pesan, maka pesan yang kita sampaikan dapat tidak tersampaikan sepenuhnya, sehingga terjadi miskomunikasi. Kemudian, keadaan pikiran dan jiwa juga berpengaruh terhadap komunikasi kita. Ketika si penerima pesan sedang memikirkan banyak masalah atau pikirannya sedang lelah, maka apa yang kita sampaikan hanya terdengar sepintas saja tanpa dicerna dan tidak dapat menangkap maksud dari pesan kita. Sedangkan jika keadaan jiwanya sedang tidak baik, seperti emosi, maka apapun pesan yang kita sampaikan juga tidak akan didengar dan tidak dimengerti oleh penerima pesan.


     Komunikasi yang tidak tersampaikan secara penuh itulah yang kemudian menyebabkan terjadinya konflik. Untuk menyelesaikan konflik yang ada, hal yang perlu dilakukan sangat mudah, yaitu komunikasi. Mari kita coba ingat kembali komunikasi kita dengan lawan bicara kita, apakah selama ini sudah berjalan dengan benar? Seberapa sering kita berkomunikasi dengan mereka? Bagaimana komunikasi yang kita lakukan? Komunikasi itu seperti hubungan timbal balik, di mana jika yang satu memberi maka yang lain menerima. Seharusnya memang kita dapat menyeimbangkan antara memberi dan menerima. Jika selama ini, kita sering atau selalu memberi, maka cobalah untuk menahan atau menguranginya karena lawan bicara kita pun juga tidak ingin selamanya menerima saja, mereka juga ingin memberi. Artinya, lawan bicara kita juga ingin menjadi pengirim pesan, dan bukan hanya terus-menerus menjadi penerima pesan atau sebaliknya. Yang perlu kita lakukan, hanyalah menyeimbangkan antara memberi dan menerima agar tidak terjadi konflik karena adanya miskomunikasi. Bertanyalah kepada lawan bicara kita jika kita telah jauh melampaui batas, jangan sampai mereka akhirnya meledak, kemarahan pun tak terelakkan, dan akan berujung pada konflik. Jika, mereka sudah terlanjur marah, maka hal yang kita lakukan cukup dengarkan saja semua perkataan mereka sampai selesai, karena percuma jika kita menyisipkan kata-kata untuk membuat mereka tenang. Setelah mereka mengungkapkan kemarahan mereka, barulah kita masukkan kata-kata yang ingin kita sampaikan, dan mulailah untuk melakukan perbaikan hubungan agar tidak menimbulkan konflik yang berkepanjangan. Komunikasi yang baik adalah dengan langsung melakukan tatap muka sehingga kita dapat saling melihat ekpresi yang ditampilkan oleh lawan bicara kita ketimbang kita melakukan komunikasi melalui perantara media karena tidak dapat mewakili ekspresi yang kita mau. Permasalahan yang terjadi dalam hubungan kita dengan orang lain sebagian besar karena komunikasi. Karena itu, jagalah komunikasi kita dengan orang lain. Dengan begitu, hubungan yang terjalin pun akan baik, sehingga konflik yang terjadi akibat miskomunikasi dapat dihindarkan.

      Ternyata, setelah kita lihat lebih jauh, komunikasi itu tidak sesederhana hanya berupa ngomong atau hubungan antar orang. Komunikasi lebih jauh dan lebih dalam dari itu. Untuk itulah, mengapa muncul jurusan ilmu komunikasi untuk mempelajari secara khusus komunikasi. Sehingga diharapkan dapat menjelaskan lebih lanjut mengenai kerumitan hubungan antar orang dan keterkaitannya dengan hal-hal lainnya. Jadi, komunikasi tidak melulu berupa bagaimana seseorang harus berbicara sedangkan orang lain menerima, ataupun sebaliknya. Semoga penulisan tentang komunikasi ini dapat bermanfaat. Terima kasih sudah membaca.

Depok, 18 Juni 2012, 01.05.